Basah, tetesan air mengguyur
pelataran depan keskretariatan FTP. Kesejukan merasuk kepori- pori
kulit. Udara dingin menyeruput masuk kerongga udara sampai paru-paru. Seketika ketenangan merambat menjadi suasana
yang hangat. Kurang lebih dua jam lamanya dan berhenti dengan sempurna.
Semua dibabat habis, tak tersisa.
Benda-benda mati yang tak bisa menghindar darinya terlihat tak berdaya. Pasrah
dan rela, air menghujamnya. Layaknya sebuah manipulasi publik, benda-benda tersebut
tampak seperti baru. Awalnya kusam tak berwarna berubah menjadi warna- warna
yang lebih menarik.
Meskipun kadang kala hujan membuat
tidak nyaman. Menciptakan wajah- wajah muram dengan keluhan- keluhan
mempersalahkan. Membuat para manusia menjadi kelimpungan dan kalang kabut.
Tidak sedikit juga tercipta senyuman yang
tertoreh dari wajah-wajah mereka. Lahan-lahan
mereka yang tandus menjadi gembur, sumur-sumur mereka yang kering menjadi bermata air kembali, atau
tanaman-tanaman mereka yang layu menjadi bertenaga kembali.
Bagaimana dengan makhluk hidup
lainnya? Apa yang sebenarnya mereka rasakan? Menyalahkan ataukah sebuah anugrah
bagi mereka? Hujan, entahlah hanya sedikit ingin menginterpretasikannya.
tumben tulisanmu bagus..
BalasHapushehehe..
semangat menulisnya..