Kembali
menuju memori kecil yang cukup lama
yaitu beberapa bulan semester empat awal.
Saat itu seperti biasa suasana sore hari
disekitar kesekretariatan riuh oleh para
penghuni kampus dengan kesibukan masing-masing yang mereka lakoni. Aku berjalan
menuju tempat parkiran motor yang tak jauh dari kesekretariatan. Bergegas
pulang setelah aktifitas yang cukup melelahkan.
Ditengah-tengah perjalanan, aku menyapa seorang lelaki
yang kukenal yaitu kakak angkatan yang dulunya merupakan senior paskibra di
SMA. Dengan sapaan biasa yang tak terlalu formal, sekedar bersikap ramah dan memanggilnya
“mas”. Maksudku menyapa untuk berpamitan pulang. Dia membalas dengan jawaban
yang sangat singkat dan dibubuhi dengan senyuman.
Dia sibuk ber- Wall
Climbing bersama beberapa temannya. Wall
Climbing tersebut berada sebelah timur parkiran motor, tepat dibawah rimbun
pohon besar. T ingginya sekitar kurang
lebih 4 meter, tetapi cukup mengasah adrenalin bila memanjatnya. Tiba- tiba salah
satu temannya yang tak kukenal siapa, SKSD (sok
kenal sok dekat) mengajakku bermain Wall
Climbing “sini dek, gak mau main”
disertai dengan guyonan. Spontan aku menolak ajakan mereka dengan tertawa
candaan pula. Kemudian berlalu mengambil motor dan pulang.
Beberapa minggu kemudian, panas merambat dipelataran parkiran motor
kesekretariatan. Aku bersama seorang
teman berjalan dari sekret Manifest menuju dekanat untuk menyerahkan proposal
kegiatan. Melewati parkiran
kesekretariatan, terdapat dua gazebo modern merupakan yang biasa dijadikan tempat nongkrong para mahasiswa . Kemudian menuju parkiran umum
didepan Food Court. Dari kejauhan, sepeti tak asing- benar lelaki SKSD itu lagi
berada diparkiran motor bersama
temannya. Tak tahu apa yang mereka lakukan, aku bersikap biasa saja . Seingatku
waktu itu sambil menghitung uang receh,
lupa untuk apa. Karena terlalu fokus
menghitung uang receh sampai uang logam senilai Rp100 terjatuh menggelinding.
Dan tak kuduga, berhenti menggelinding didepan lelaki SKSD itu. Tanpa pikir
panjang, aku pungut uang logam tersebut. Seketika lelaki itu berkata “loh, loh
gak mau disumbangin ke aku ta uangnya dek?”. Aku tersenyum padanya meskipun dalam hati “opo ae jare mas iki maksud e?”.
Tak tahu kenapa saat kejadian kedua itu aku mulai penasaran dengan orang aneh itu? tak
tahu alasan yang jelas, tapi aku ingin tahu dulu siapa namanya. Kemudian aku
menanyakan langsung kepada temanku yang satu organisasi dengannya. Temanku juga
kebingungan, siapa orang yang kumaksud. Dengan segala penjelasan ciri-ciri
lelaki SKSD itu, menyebut nama-nama ini itu dan malah berakhir dengan
gojlokan-gojlokan nyeleneh. Yah sudahlah,
daripada mereka berpikiran macam-macam tentang aku kepada lelaki tanpa inisial itu.
Lupakan saja.
******
Untuk ketiga kalinya, guyonan yang ‘menyentil’ terulang lagi. Setelah
selesai FTP fair aku dan temanku
kembali menuju sekret. Sangat kebetulan, dia (lelaki SKSD) asik mengobrol
dengan teman-temannya di depan kantin. Tertawa mereka cukup keras. Entah apa
yang mereka semua bicarakan. Aku tidak
mau tahu. Anehnya, masih sempat aku melihat kearahnya dan benar dia membalas tatapanku. Reflek, aku memalingkan kearah lain. Saat itu aku
membawa kotak box berisi sisa produk yang tak terjual. Dan
berjalan biasa, mengobrol dengan temanku meskipun sedikit malu berjalan didepan
gerombolannya. Haish.. tepat saat aku berjalan didepannya terlontar dari mulutnya “ eh, masih
ada jualannya ta? Sini tak jualin dek”.
Bukannya aku merasa kege-eran atau apalah itu, tetapi dia membuatku salting (salah tingkah). Kenapa dia lagi dan dia lagi?
Sudah ketiga kali dia melakukannya. Umpatan- umpatan
dalam hati pun keluar “Dasar lelaki! Apa selalu itu yang dia lakukan jika ada
perempuan berjalan didepannya? Mencoba menggoda ataukah hanya keisengan? Memang
kebanyakan laki-laki seperti itu.” Yah, benar terserah dia mau melakukan apa.
Tetapi lebih tak biasa lagi, akhir- akhir ini aku sering
melihat dia. Pagi, siang , sore, malam sliweran seperti strika pakaian, berjalan didepan kesekretariatan
Manifest menuju ke kamar mandi atau ke kesekretariatan lain. Lalu lalang seperti menyambangi sanak saudaranya.Terkadang berpapasan, memasang wajah dan bersikap biasa
saja. (Pernyataan yang aneh, memangnya harus bersikap seperti apa?)
Lelaki tanpa inisial dengan gaya slengekan, penampilannya yang cuek ala kadarnya menarik sedikit mata ini untuk
memperhatikan ketika berada didepanku . Siapa dia, aku tak tahu? Apa alasannya,
aku tak tahu? Biarlah mungkin ini hanya sementara, iya SEMENTARA. Tak mau terlalu cepat menyimpulkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar