foto : Dina Mustika R. |
foto :Dina Mustika Rini |
Seperti “kapal
pecah”, itu yang terlihat di kesekretariatan Manifest. Pemandangan yang tidak
enak dipandang, kertas berhamburan dimana-mana memenuhi ruangan kesekretariatan
Manifest. Bukan karena terjadi aksi kejahatan seperti pembobolan dan pencurian,
atau mungkin bencana angin topan menyusup kedalam yang mengakibatkan
pemandangan tersebut timbul. Penyebabnya adalah para penghuni Manifest itu
sendiri, termasuk aku.
Bulan Desember-
Januari 2012 menjadi bulan penuh penderitaan dirasakan para penghuni Manifest
yang menyandang status mahasiswa FTP jurusan THP 2011. Dan juga dirasakan teman-teman THP 2011 lainnya. Kesekretariatan LPM Manifest dijadikan sebagai tempat ‘pelampiasan
penderitaan’ ku dan kawan-kawan Manifest yaitu Dina, Desi, Dita, dan Sekar. LPM
yang diartikan sebagai Lembaga PERS Mahasiswa seakan berganti menjadi
kesekretariatan ‘Lembaga Penulisan Mahasiswa’. Penulisan yang bukan mengarah
pada tulisan jurnalistik atau yang berkaitan dengan jurnalisme, melainkan
penulisan laporan praktikum secara manual yaitu ditulis tangan. Memang bagi
mahasiswa FTP sudah tidak asing lagi mendengar
laporan praktikum, karena itu seperti suatu ‘tradisi’ yang turun temurun
diwariskan.
Hari itu pusing,
capek, letih, lemah, lesu, lunglai yang aku dan teman-teman manifest rasakan.
Bagaimana tidak bulan Desember- Januari yang biasanya menjadi bulan tenang bagi
fakultas lain, tidak berlaku bagi FTP khususnya mahasiswa jurusan THP 2011.
Karena harus melakukan praktikum beberapa matakuliah dan tentu saja juga harus
membuat hasil laporan praktikum. Tetapi laporan praktikum semester 3 kali ini
seperti ‘sistem kerja rodi’. Bayangkan saja dalam bulan Desember- Januari 2012
tercatat 19 laporan praktikum dari tiga matakuliah yang dikerjakan. Waktu yang
digunakan pun tidak efisien dan merugikan mahasiswa sendiri. Sungguh membuat
aku dan teman-teman harus menguras
waktu, pikiran, tenaga karena sampai makanpun kita tak ingat. Sempat pula
ajakan hang out atau sekedar
jalan-jalan dari teman SMA aku tunda,
karena deadline laporan yang harus
diselesaikan.
Di Sekret mulai
pagi hingga malam menjelang, aku dan teman-teman menatap layar monitor mencari
refrensi, tak henti-hentinya menulis berlembar-lembar sampai tangan rasanya
sakit untuk digerakkan. Terkadang luapan emosi berupa umpatan-umpatan pun
keluar disela-sela menulis laporan mungkin karena kepenatan otak yang
dirasakan. Dan juga terkadang kita seakan membisu tenggelam dalam keseriusan.
Pemandangan tersebut sudah biasa
terlihat pada saat itu. Sangat menyiksa.
Sekarang untuk
sementara waktu aku dan teman-teman bisa bernafas lega karena sudah melewati
bulan penderitaan penuh laporan praktikum itu. Dan akhirnya bisa menikmati sisa waktu liburan
meskipun sedikit. Mungkin harapanku semester kedepan waktu praktikum harus
lebih terjadwal secara sistematis dan efisien agar tidak merugikan bagi
mahasiswa sendiri. So, selamat tinggal praktikum, aku tidak akan pernah
merindukanmu. (hehe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar