YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 07 Februari 2013

Melihat 'GIE'



Hari ini adalah liburan perkuliahan. Hal yang aku lakukan mendekam dalam bangunan kecil yang kutinggali sekarang. sepi dan sangat membosankan. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah yang belum rampung, lalu kularikan tubuh ini ke atas tempat tidur dan berbaring. Kemudian merenung, menatap langit-langit kamar yang tak berubah. Tetap seperti itu. Ditemani dengan pikiran yang tak  tahu entah kemana arahnya. Yah... begitulah aku, senang sekali bermain dengan pikiranku sendiri.
Aku tak mau waktuku termakan oleh renungan yang tak ada gunanya. Melihat sekeliling benda-benda mati dikamarku. Mataku langsung tertuju pada benda persegi panjang, berwarna hitam yang berada pada meja setinggi 3 meter. Terlintas dalam pikiranku untuk mengusir rasa kebosanan dengan menonton sebuah film di notebook mungilku. Film yang kemarin ku minta dari seorang teman, yaitu Gie. Film ini direlease tahun 2005, mungkin sangat lama. Tapi aku sangat penasaran dengan film yang belum sempat ku tonton. Selama sekitar 2 jam aku mengikuti jalannya cerita film yang berjudul Gie ini.

 Film ini menceritakan tentang seorang pemuda Indonesia keturunan Cina yang bernama Soe Hok Gie. Pemuda yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Indonesia yang pada waktu itu dipimpin oleh Soekarno. Dia punya alasan atas ketidaksukaannya, yaitu Ideologi komunis yang dianut oleh pemerintahan Soekarno. Suatu sistem yang menurutnya sangat merugikan masyarakat Indonesia sendiri.
Soe atau Gie yang biasa dipanggil oleh teman-temannya dan keluarganya, sejak menginjak SMP dia sangat pandai dan kritis dalam suatu masalah. Sampai dia melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia fakultas Sastra. Bentuk-bentuk perlawanan atau penolakan yang dia lakukan melalui tulisna-tulisannya yang sangat berani mengkritiki segala permasalahan yang terjadi. Pemikiran idealis yang dimilikinya membuat banyak pertentangan dari berbagai kalangan. Tetapi dia tidak putus asa menyuarakan pemikirannya melalui tulisan-tulisannya yang dimuat pada media massa. Menurutnya “ lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”.  
Gie yang sangat gemar membaca buku disela-sela waktunya dan menulis. Gie yang senang sekali mendaki gunung. Tetapi dia tidak pandai dalam urusan cinta.

Sangat menarik dan menginspirasi, itu kesan pertama yang kudapatkan setelah menonton film ini. Film yang mengajarkan bahwa kita sebagai generasi muda harus berani, kritis dan peka terhadap permasalahan yang terjadi pada bangsa ini. Generasi yang mampu memperjuangkan aspirasi-aspirasi kaum yang tertindas oleh kekuasaan dengan tidak melihat golongan, suku, ras, dan agama. Satu hal lagi yang membuatku merinding yaitu kutipan tulisannya pada ending cerita.

Akhirnya semua akan tiba

Pada suatu hari yang biasa

Pada suatu ketika telah lama ketahui

Apakah kau masih selembut dahulu

Memintaku minum susu dan tidur yang lelap

Sambil membenarkan letak leher kemejaku



Kabut tipispun turun pelan-pelan

Di lembah kasih, Lembah Mandala Wangi

Kau dan aku tegak berdiri

Melihat hutan-hutan yang menjadi suram

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin



Apakah kau masih membelaaiku semesrah dahulu

Ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesrah, lebih dekat

Apakah kau masih berkata, kudengar dekap jantungmu



Kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta

Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram

Wajah-wajah yang tak kita kenal

Berbicara dalam bahasa yang kita tidak mengerti

Seperti kabut pagi itu



Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah

Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Mirazah

Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu, sayangku

Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu

Atau tentang bunga-bunga yang manis di Lembah Mandala Wangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau

Ada bayi-bayi yang mati lapar di Bihafera

Tapi aku ingin mati didimu, manisku

Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya

Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu



Nasib terbaik adalah pernah dilahirkan

Yang kedua dilahirkan, tapi mati muda

Dan yag tersial adalah menunggu tua

Berbahagialah mereka yang mati muda



Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada

Berbahagialah dalam ketiadaanmu



                                                                  SOE HOK GIE’


Tidak ada komentar:

Posting Komentar