Hari
ini adalah liburan perkuliahan. Hal yang aku lakukan mendekam dalam bangunan kecil yang kutinggali sekarang. sepi dan sangat membosankan. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah yang
belum rampung, lalu kularikan tubuh ini ke atas tempat tidur dan berbaring.
Kemudian merenung, menatap langit-langit kamar yang tak berubah. Tetap seperti
itu. Ditemani dengan pikiran yang tak
tahu entah kemana arahnya. Yah... begitulah aku, senang sekali bermain
dengan pikiranku sendiri.
Aku
tak mau waktuku termakan oleh renungan yang tak ada gunanya. Melihat sekeliling
benda-benda mati dikamarku. Mataku langsung tertuju pada benda persegi panjang,
berwarna hitam yang berada pada meja setinggi 3 meter. Terlintas dalam
pikiranku untuk mengusir rasa kebosanan dengan menonton sebuah film di notebook
mungilku. Film yang kemarin ku minta dari seorang teman, yaitu Gie. Film ini direlease tahun 2005, mungkin sangat lama.
Tapi aku sangat penasaran dengan film yang belum sempat ku tonton. Selama
sekitar 2 jam aku mengikuti jalannya cerita film yang berjudul Gie ini.
Film ini menceritakan tentang seorang pemuda Indonesia keturunan Cina yang bernama Soe Hok Gie. Pemuda yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Indonesia yang pada waktu itu dipimpin oleh Soekarno. Dia punya alasan atas ketidaksukaannya, yaitu Ideologi komunis yang dianut oleh pemerintahan Soekarno. Suatu sistem yang menurutnya sangat merugikan masyarakat Indonesia sendiri.
Film ini menceritakan tentang seorang pemuda Indonesia keturunan Cina yang bernama Soe Hok Gie. Pemuda yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Indonesia yang pada waktu itu dipimpin oleh Soekarno. Dia punya alasan atas ketidaksukaannya, yaitu Ideologi komunis yang dianut oleh pemerintahan Soekarno. Suatu sistem yang menurutnya sangat merugikan masyarakat Indonesia sendiri.
Soe
atau Gie yang biasa dipanggil oleh teman-temannya dan keluarganya, sejak
menginjak SMP dia sangat pandai dan kritis dalam suatu masalah. Sampai dia
melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia fakultas Sastra. Bentuk-bentuk
perlawanan atau penolakan yang dia lakukan melalui tulisna-tulisannya yang
sangat berani mengkritiki segala permasalahan yang terjadi. Pemikiran idealis
yang dimilikinya membuat banyak pertentangan dari berbagai kalangan. Tetapi dia
tidak putus asa menyuarakan pemikirannya melalui tulisan-tulisannya yang dimuat
pada media massa. Menurutnya “ lebih baik
diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”.
Gie
yang sangat gemar membaca buku disela-sela waktunya dan menulis. Gie yang
senang sekali mendaki gunung. Tetapi dia tidak pandai dalam urusan cinta.
Sangat
menarik dan menginspirasi, itu kesan pertama yang kudapatkan setelah menonton
film ini. Film yang mengajarkan bahwa kita sebagai generasi muda harus berani,
kritis dan peka terhadap permasalahan yang terjadi pada bangsa ini. Generasi
yang mampu memperjuangkan aspirasi-aspirasi kaum yang tertindas oleh kekuasaan
dengan tidak melihat golongan, suku, ras, dan agama. Satu hal lagi yang
membuatku merinding yaitu kutipan tulisannya pada ending cerita.
Akhirnya semua akan tiba
Pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika telah lama ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipispun turun pelan-pelan
Di lembah kasih, Lembah Mandala Wangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaaiku semesrah dahulu
Ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesrah,
lebih dekat
Apakah kau masih berkata, kudengar dekap
jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam
cinta
Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi
muram
Wajah-wajah yang tak kita kenal
Berbicara dalam bahasa yang kita tidak mengerti
Seperti kabut pagi itu
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah
ke Mekah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di
Mirazah
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu,
sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal
dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di Lembah
Mandala Wangi
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom
di danau
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Bihafera
Tapi aku ingin mati didimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus
bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun
tahu
Nasib terbaik adalah pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan, tapi mati muda
Dan yag tersial adalah menunggu tua
Berbahagialah mereka yang mati muda
Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu
‘SOE
HOK GIE’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar