Menerima
atau aku harus berpura-pura saja. Kenyataan yang seperti menempatkan diriku
pada suatu pilihan. Bagaimana pilihan itu yang menyulitkan untukku, bukan untuk
mereka. Dan mereka menginginkanku untuk menerima kenyataan ini.
Bagi
mereka keputusanku sangat menentukan kehidupannya. Bagi mereka, menginginkan
aku tidak menentang kenyataan ini. Benar, mereka sangat sangat menginginkan aku
menerimanya. Hanya menerimanya. Setidaknya hal itu bisa meringankan beban
dipikirannya kata mereka.
Itu
semua dari sudut pandang mereka, bagaimana dari sudut pandangnya. Apakah keputusanku
akan berpengaruh pada pilihan hidupnya. Bahkan jika sebenarnya aku ingin menolak kenyataan ini. Apa
mungkin akan mengubah pada pilihan hidupnya. Hal itu yang menyulitkan bagiku paa
keputusan yang absurd.
Memang,
siapa tidak ingin orang yang kita sayangi bahagia dalam hidupnya. Tidak ada,
jikapun ada orang-orang itu termasuk orang yang mempunyai sikap egois. Atau ada
alasan tertentu mengapa orang-orang tersebut mengambil sikap itu. Tidak bisa
menyalahkan, semua orang berhak melakukan sesuatu yang diinginkan.
Tapi,
bagaimana dengan keputusanku. Apa aku juga termasuk orang yang egois jika aku
menolak pilihan hidupnya. Egois karena aku hanya ingin mengungkapkan kejujuran
yang aku rasakan. Bukankah jujur lebih baik, daripada harus berpura-pura
menerima.
Tapi
aku sadar, hidup adalah pilihan. Pilihan yang baik untuk kepentingan orang
banyak atau pilihan yang buruk bagi orang lain, meskipun pilihan itu tidak
salah bagi kita.
Sekarang,
pilihan keputusanku sudah kalah pada kenyataan. Dan akhirnya aku harus menerima
dalam kepurapuraan. Maafkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar